Sunday, April 20, 2014

Singgalang koma,





Singgalang masih koma, walaupun kegiatan pendakian berakhir 19 April 2014 pukul 16.00 kemarin, tapi keinginan untuk kembali pasti. Dengan jalur pendakian di Koto Baru (Pandai Sikek)  kami berangkat. Titik Start : Stasiun Pemancar RCTI Pandai Sikek dengan Lama pendakian 6 jam.   Start dimulai pukul 17.00. Medan yang harus dilalui termasuk sulit ditambah guyuran hujan membuat suasana semakin panas. Demi mencapai puncak kami harus melewati setidaknya 120 tiang listrik. Kenapa tiang ya? Ya karena memang dari kaki gunung sampai puncak tertancap tiang listrik yang menghubungkan listrik provinsi sumatera barat ini. Saya berpikir bagaimana menancapkan tiang-tiang listrik di gunung setiinggi 2,877 meter itu. Anekdot yang bergelantungan dipikiran kami, mungkin tiang-tiang itu dibawa menggunakan helikopter. Tapi tentu akan memakan banyak biaya untuk itu. Bayangan kami selanjutnya, ada sekelompok tim pln yang mampu memanggul tiang listrik, kemudian membawanya sambil bersiul dan berjalan santai melewati medan gunung singgalang.



Setalah sekian lama mendaki akhirnya kami tim 12 (Fatur, Feisal, Yezkiel, Robi, Arya, Kadek Bayu, Pohan, Arifin, Cendy, Andrew, Alfa dan bang Reza) memutuskan istirahat di cadas. Sambutan meriah dari mapala UNP membuat suasana tersendiri di kala malam itu. Dua buah tenda doom didirikan, siap untuk ditiduri. Tidak lupa juga Ritual mengisi perut dengan sajian sederhana kami bantai. Kopi, mie instan dan roti pun ludes.

Dinginnya pagi tidak membuat semangat kami surut. Bangun tidur, guling-guling di tenda menjadi ritual memanggil kembali roh kami. Ucap syukur "Alhamdulilah" begitu saja lepas dari mulutku. Amazing, pemandangan di pagi itu. Dari atas cadas terlihat langit pagi dengan awan merah menghiasi. Mata semakin dimanjakan dikala kami menembus hutan menuju telaga dewi. Pohon besar berhias jamrud hijau terbentang selama perjalanan. Lumut disana sini menambah keelokan tersendiri.

Telaga Dewi sungguh memukau pagi itu. sekitar pukul 08.00 kami tiba disana. Alhamdulilah, senjata berlensa kami keluarkan, Jepret! Jernihnya memantulkan pemandanangan hutan, Jepret. Orang-orang ambil pose, Jepret. Mahluk hitam, dengan kolor alias si tuyul hitam muncul di telaga Jepret. Tawa, Senyum dan canda ikut menyumbang tuk memenuhi memori kamera. Sayang umur kamera kami tidak lama. Habis baterai apa daya?


Tenaga habis tapi puas. Kami memilih tidur sambil menikmati bentangan karya Allah di puncak gunung. Tentu sembari menanti waktu untuk pulang.
Masih koma,

fatur ^^

Bagikan

Jangan lewatkan

Singgalang koma,
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.