Sunday, April 20, 2014

Singgalang Ending



Senang, sebel, dongkol, serta puas menjadi gambaran yang pas untuk saat ini. Betapa tidak, coba bayangkan bila selama pendakian bau kentut selalu tercium oleh hidung. Selain itu,pasti sebel rasanya bila di perjalanan, ada lebah yang mencicipi rasa kepala kita. Apalagi ditambah keseleo atau terantuk batu. Itu dirasakan tim 12, (Robi Zam-zam, Cendy, Arya, Andrew, Alfa, Yezkiel, Arifin Siregar, Rizky Pohan, Fatur, Feishal, Kadek Bayu, dan Bang Reza)

Puas menikmati panorama gunung singgalang dan telaga dewi, Tim 12 memutuskan turun gunung. Usai memanjatkan doa memohon keselamatan, perjalanan pun dimulai. Lumut hijau pepohonan seakan mengucapkan selamat jalan. Batang pohon di pinggiran jalan seakan tidak kalah ramai ucapkan salam perpisahan berharap bertemu enta kapan. Sampai di Cadas tim 12 memutuskan berhenti. Rapikan tenda, memasak, serta bercengkerama menjadi pilihan tepat sebagai kegiatan terakhir sebelum benar-benar meninggalkan gunung.

 Uda Agung, purna IPDN angkatan 18. Orangnya gemuk, sok gaul namun sangat bersahabat. Entah kebetulan, atau bagaimana seakan beliau memang sudah menunggu kedatangan kami. Obrolan semakin bertambah hangat dan semarak. Beliau bercerita banyak. Mulai dari bagaimana IPDN di zamannya sampai dengan pekerjaannya. Ditambah lagi, beliau menawarkan untuk menemani pendakian kami selanjutnya, terlebih jika mendaki puncak tawang. Kenapa puncak tawang? Ya, 6 Danau dapat dilihat dari sana. Danau Atas bawah, Danau singkarak, danua maninjau, dan lainnya dapat dilihat secara bersamaan. Bayangkan betapa eloknya. Selain itu dari puncak, mata akan sangat dimanjakan oleh bentangan awan di bawah langit. Pasti seakan terbang rasanya, bahkan perasaan semakin dekat dengan Allah sangat terasa.

Usai berfoto ria bersama uda Agung, Tim 12 sepakat melanjutkan kembali perjalanan menuruni gunung. Setapak demi setapak, lompatan demi lompatan, hanya sayang cuaca tidak mendukung. Mendung, disusul gerimis, turun begitu saja membasahi jalan. Semangat tim 12 masih saja belum pudar. Langkah dipercepat, Lompatan diperlebar. Seleksi alam dimulai. Satu demi satu anggota tim memutuskan berhenti sejenak. Ada yang Boker di tengah hutan, disengat lebah ataupun teratuk batu. Saya ingat bagaimana bang Reza menerjang tanda medan dari batang kayu yang berbentuk silang. Atau bagaimana Rizky Pohan berpura-pura menjadi patung untuk mengelabui lebah. Ditambah lagi ketika lebah mencicipi kepala bang reza yang kelihatannya lezat, serta bagaimana Rizky Pohan nyaris masuk jurang karena dikerjar lebah sangat membekas di kepala saya.

Waktu terus berlalu. Hujan lebat memandikan Singgalang dengan sempurna. Air mengalir dari puncak sampai kaki. Gerakan tim 12 semakin menggila tapi pasti. Tidak peduli mau jatuh ataupun terpeleset tim 12 maju terus. Setelah sekian lama menuruni gunung, akhirnya sampai juga di kaki gunung. Titik start pendakian,  Stasiun Pemancar RCTI Pandai Sikek. Cobaan masih belum berakhir. Tim 12 masih harus berjalan sekitar 2km menuju masjid, tempat istirahat sementara.

Sementara anggota tim yang lain melanjutkan perjalanan. Saya memilih berhenti di Stasiun Pemancar TVRI untuk sekedar buang hajat. Lilitan perut memaksa begitu. Ternyata penjaga di Stasiun TVRI itu orang Sunda, ditambah bos beliau ternyata orang Jogja sama dengan saya. Dirasa cukup, saya pamit dan memutuskan menyusul teman-teman menuju masjid.

Apes, mungkin kata yang pas. Setelah sekian lama jalan tergopoh sembari memegangi perut perih. Akhirnya saya sampai di masjid. Begitu ganti baju, hawa dingin menyerang. Brrrrrrr.. badanku menggigil hebat. Namun usaha hawa dingin berhasil digagalkan oleh Arya dengan segelas minuman hangatnya. Perlindungan dari pijatan Andrew juga ikut serta membendung serangan hawa dingin.

"Robi dimana?", tanya salah satu anggota tim. Setelah sekian lama dicari, layaknya seorang pahlawan dia muncul dengan angkot penjemput. "Ayo lekas beres-beres dan pulang" teriaknya. Dinginnya sore melepas kepulangan kami menuju kampus tercinta. Dengan membawa bungkusan plastik merah besar teman-teman memutuskan pulang ke kampus. Sementara saya memutuskan istirahat sejenak di rumah si supir angkot karena badan yang kurang sehat. Entah berapa banyak pakaian kotor yang harus dicuci tukang loundry. Hati puas itu yang terpenting

Sebel dan dongkol itu pasti. Namun sebagai petualang sejati tidak akan pernah kapok mencoba lagi. dan pasti ditunggu gunung manalagi yang akan didaki.

Regards

Fatur

Bagikan

Jangan lewatkan

Singgalang Ending
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
February 28, 2022 at 4:05 PM

All About Casino Poker
Casino Poker is the 파라오 슬롯 most popular poker 이빨빠지는꿈 game. 코인바카라 It allows you to play at 이빨빠지는꿈 the most exciting table games of the casino floor. Each week, 바카라 전략 thousands of players try their hand at

Reply